Anak bukan hanya sebagai aset
dunia, anak juga bisa menjadi aset akhirat yang akan menarik orangtuanya menuju
surga. Anak yang baik dan solehlah yang akan membawa orangtuanya menuju surga. Bukan
hal yang mudah dan instan untuk mendapatkan anak-anak yang soleh. Persiapan,
pembinaan, dan pendidikan terbaik perlu diberikan pada anak semenjak dini
meliputi seluruh aspek perkembangannya bahkan saat menghukum anak sekalipun.
Sering ditemukan orang tua yang salah dalam memberikan hukuman atas kenakalan
anak-anaknya. Sikap keras yang sering dijadikan metode pemberian hukuman justru
akan meningkatkan sikap memberontak pada anak. Lalu harus bagaimana sikap orang
tua saat memberi hukuman pada anak yang bersalah? Yuk, simak paparan yang
dikutip dari buku “Prophetic Parenting” karya DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh
Suwaid di bawah ini.
1. Ketika anak melakukan
kesalahan, cermati terlebih dahulu apakah kesalahannya disebabkan karena
ketidakfahaman, kesalahan aplikatif, atau memang sikap memberontak sang anak.
2. Saat anak tidak memahami suatu
hal yang menyebabkannya melakukan kesalahan, gunakanlah metode lemah lembut
untuk mengoreksi pemahamannya. Berikan penjelasan informatif pada anak kemudian
beri solusi. Misalnya saat anak mengambil buah milik tetangga, jelaskanlah
bahwa kita tidak boleh mengambil barang tanpa ijin pemiknya dan tidak
dibenarkan memakan sesuatu yang bukan milik sendiri. Setelah itu berikan
solusi, “Dek, kamu bisa minta ijin lebih dulu pada pemilik buah bolehkah bila
kamu mengambil buahnya yang terjatuh/meminta buahnya?”.
3. Kesalahan aplikatif biasanya
terjadi bila anak belum melihat contoh secara langsung. Para orangtua baiknya
memberikan contoh praktek secara langsung. Misal saat kita ingin melatih
kemandirian anak dengan memberinya tugas merapikan tempat tidurnya, namun anak
malah meninggalkan kamar dengan kondisi semua baju dan mainan ditumpuk menggunung
dan ditutupi bedcover. Maka panggillah anak kita, kemudian perlihatkan padanya
step by step cara merapikan tempat tidur.
4. Setiap anak, bahkan setiap
manusia, sejatinya memiliki sifat berontak terhadap hal yang tidak sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Tak masalah jika memberontak terhadap hal
negatif, namun perlu mendapat perhatian serius saat anak selalu memberontak
akan arahan orang tuanya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk
meredam sikap berontak anak antara lain:
a. Jangan pernah men-judge anak
saat mereka melakukan kesalahan/tidak menuruti arahan orang tua. Tanyakan
dengan bahasa lembut mengapa sang anak melakukan ini/itu. Tanyakan mengapa
mereka tidak mau melakukan arahan dari orang tua, kemudian tanyakan apa yang
diinginkan sang anak.
b. Setelah anak selesai
mengeluarkan pendapat dan uneg-uneg hatinya, tersenyumlah. Mulailah penjelasan
komunikatif (disesuaikan dengan usia anak, misal untuk anak usia 3 tahun,
penjelasan dilakukan dengan bercerita). Jelaskan pada anak apa keuntungan
melaksanakan hal yang kita perintahkan dan akibat buruk bila melanggarnya.
Berikan pandangan yang logis (baik dan buruk) bila anak melakukan suatu hal
sesuai keinginannya.
c. Berikan anak kesempatan untuk
memikirkan mana yang memiliki segi positif lebih banyak, tanyakan untuk
menegaskan, “Bagaimana menurut adek, mana yang lebih baik, saran dari mama atau
apa yang adek inginkan?”.
d. Berikan pelukan hangat pada
anak dan katakan padanya, “Anak baik akan selalu disayang Allah. Bila Allah
sayang adek, Malaikat, kakek nenek, bu guru, bahkan semut juga akan menyayangi
adek. Karena Allah yang memerintahkan mereka untuk menyayangi adek dan
mendoakan yang terbaik buat adek”.
4. Anak yang tetap ngeyel setelah
orang tua melakukan hal di atas, maka berikan hukuman secara bertahap pada
anak. Tahap pertama, perlihatkanlah cambuk pada anak. Bila anak tak takut, maka
jewerlah daun telinganya. Pilihan terakhir, pukullah anak dengan pukulan
diantara lunak dan keras serta menghindari pukulan di wajah dan kepala. Namun,
memukul pun ada ketentuannya.
5. Pukullah anak dengan pukulan
yang tidak melukai. Jika menggunakan alat pukul, maka gunakan yang tidak
terlalu lunak atau keras, namun harus berada diantara keduanya. Batas maksimal
jumlah pukulan adalah 10x, tidak boleh lebih. Pukullan tidak terkumpul di satu
tempat, harus menyebar. Pemukul tidak boleh mengangkat cambuknya tinggi-tinggi
sampai terlihat ketiak, agar tidak menyakitkan.
6. Last but the most important
point, Memukul Anak Bukan Karena Marah dan Untuk Memuaskan Kemarahan Kita.
Memukul adalah pilihan terakhir setelah kita sabar mengarahkan anak dengan lembut.